Pada akhirnya, sebelum sampai pada pembahasan ajarannya lebih lanjut, ada
satu hal yang harus diperhatikan melalui perspektf yang tepat, yaitu bagaimana
jika Sheikh ‘Abd al-Samad bukan tampil sebagai sebagai pemikir orisinil lebih
karena dalam doktrin tradsional unsur terpenting adalah kepercayaan akan
kebenaran yang disabdakan doktrin itu; dengan kata lain , tahu seperti apa dan
mau jadi apa. Karakter ini dianggap sebagai kejumudan berpikir oleh
masyarakat muslim secara umum. Lebih jauh, dari sudut pandang spiritualitas
harus dinyatakan bahwa sesuatu yang orisinil tidak menimbulkan
penyimpangan arti untuk menyatakan hal berbedayang dapat menyebabkan
kesalahpahaman atas nama orisinalitas, namun lebih untuk mencapai tujuan
perjalanan spiritual dan memperoleh kebahagiaan dalam penyatuan yang
dipengaruhi tuhan yang maha kuasa. Segala sesuatu yang berasaldari
pengalaman spiritual adalah ‘orisinil’ dan bukan ‘sekunder’ seperti yang
diperoleh dari sumber horizontal. Tak bisa disangkal,Sheikh ‘Abd al Samad
tidak kurang orisinalnya.