Part 12[แก้ไข]
(Ugh…)
Kesadaran Itsuwa telah menghilang beberapa saat.
Seperti air yang merembes ke minyak, dia perlahan memperoleh kembali kesadarannya. Satu hal yang pertama dia sadari adalah bau mirip karat, dan kemudian rasa sakit. Sembari otaknya menyadari ini, rasa sakit melanda tubuhnya seperti tsunami. Tak terduga, penglihatan dan pendengaran yang normalnya diandalkan, membaik belakangan.
Sekitarnya gelap.
Tenggelam pada keputusasaan kebiruan.
Ada reruntuhan aspal dan besi, debu-debu berterbangan diatas jembatan baja.
Beebrapa saat yang lalu, mereka berdua sedang menikmati pemandangan malam, tapi sekarang telah menjadi pemandangan yang tragis.
Dan sekarang ini, dia akhirnya mengenali perasaan dari tombak di tangannya.
“Hm!?”
Itsuwa tiba-tiba mengingat skenarionya dan dengan kebingungan mencoba untuk menggunakan tombak untuk melindungi dirinya.
Pada saat ini, dia merasakan sesuatu yang hangat mengalir pada telapak tangannya.
Ini sedikit hangat, dan mempunyai sedikit bau karat yang bisa membuat siapapun mual. Dan cairan merah segar ini sangatlah jelas.
Darah segar.
Tapi Itsuwa sendiri tidak berdarah sebegitu banyaknya, karena jika dia berdarah sebegitu banyaknya, akan sulit baginya untuk menahan kesadarannya. Disamping itu, zat seperti tinta ini berbeda dari cairan lainnya. Ini pasti darah orang lain.
(Maka darah siapakah ini?) Itsuwa mempertimbangkan, tapi seketika, dia dengan segera mengenyahkan kesadarannya.
Dia tahu tanpa memikirkaannya.
Ini darah Kamijou.
“Jadi kau bangun?”
Jika seseorang dengan sabranya memikirkan penyelaan ini, Aqcua si Belakang harusnya sedang menggenggam senjata di belakangnya.
“Pergilah dari sini. Hempasanku terlalu kuat, dan jika aku dengan bebas menggunakan semua kekuatanku, gelombang kejutnya akan mempengaruhi sekitar.”
Tetapi kesadaran Itsuwa tidak diganggu oleh Aqcua. Pundaknya gemetaran sedikit dan perlahan, perlahan turun.
Apa yang terjadi sewaktu Itsuwa tidak sadarkan diri?
Kehilangan semua kekuatannya dan terbaring di tanah, anggota tubuh dan wajah Kamijou keduanya bermerahkan darah. Dia tidak dapat membuka matanya, seperti pintu otomatis yang rusak dan tidak bisa tertutup kembali. Itu seharusnya adalah rasa sakit yang sangat yang bisa merobek-robek tubuhnya, tapi Kamijou masih tidak bergerak sama sekali.
Bahkan dia tidak dapat memahaminya.
Berbicara jarak fisiknya, mereka berdua hanya terpisah beberapa meter, tetapi bahakan pada jarak yang dekat itu, Itsuwa masih tidak bisa berkata.
“Ah……ah…..”
Pertimbangan Itsuwa perlahan berubah menjadi debu.
Ancaman yang berdiri di dekatnya bernama Aqcua si Belakang ini telah gilang dari pikirannya. Bahkan sedang melawan musuh yang sangat kuat, dia tidak peduli. Dia menggerakkan tanagannya kepada orang yang berlumuran darah di sana, mengumpulkan reruntuhan di sekitar, mengeluarkan sapu tangan basah, dan mengeluarkan dompet dari saku celana berdarah milik Kamijou.
Sihir yang digunakan Gereja Gaya Campuran Amakusa tidak memerlukan beberapa mantra atau benda spiritual.
Benda yang digunakan bahkan benda sehari-hari.
Itsuwa sedang berusaha menemukan barang non-ilmiah tersisa dari benda-benda keseharian ini, menyusun kembali mereka untuk menghentikan pendarahan, dan menutupi luka untuk melengkapi lagi asa hidupnya. Demi tujuan melakukan ini, Itsuwa akan memberikan sihir penyembuhan. Bagi gadis yang disebut Itsuwa ini, masalah dan apa yang dihadapi dalam pertempuran ini adalah tentang menyelamatkan nyawa anak ini.
Sebenarnya, bahkan dalam keadaan panik, Itsuwa masih bisa beraksi cepat.
Sebentar lagi sihir pemulihan diaktivasikan.
Bola kecil bercahaya muram menari-nari di atas tubuh Kamijou. Cahaya hijau bersinar seperti kunang-kunang, dan cahaya ini terlihat seperti ingin menambal luka selagi mereka memasukinya.
Bagaimanapun,
Sebuah suara *BAM!!* dapat terdengar.
Sihir pemulihan yang digunakan Itsuwa pencar seperti serbuk hasil gergaji, bahkan tak sedikitpun yang tersisa setelah itu memencar.
Alasannya jelas.
“…Uuuu aahhh.”
Kesadaran Itsuwa tergoncang dan pandangannya berganti dari wajah Kamijou menuju tangan kanannya.
Tangan kanannya.
Imagine Breaker.
Tak peduli kekuatan supranatural apa, Imagine Breaker akan meniadakan efeknya, tak peduli itu kekuatan jelek atau baik.
“WWWWWWWWWWWWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!”
Tangisan Itsuwa pecah dalam keputusasaannya, mencoba untuk membangun kembali sihir pemulihan yang rusak, tapi tak ada gunanya. Sihirnya pecah ketika saat diaktifkan, pecah lagi bahkan ketika masih disusun kembali. Tak peduli benda keseharian apa yang dia lihat dan gunakan, dia tetap menggunakannya tak peduli bagaimana dia mencobanya. Pada saat dia menyadari akan hal itu, material yang digunakan untuk sihir pemulihan telah hampir semuanya terpakai.
“Cukup.”
Menghadapi Itsuwa, yang tidak menyerah tak peduli berapa kali pun dia mencoba, Aqcua mengatakan kata-kata yang kejam.
Tapi Itsuwa bahkan tak bisa membuat balasan yang layak.
Melihat Itsuwa yang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menjerit dan menangis, selanjutnya Aqcua tidak mengatakan apapun.
Dia dengan tenang dan perlahan mengangkat kakinya sebelum menginjak punggung Itsuwa yang berada di tanah.
Dengan suara *BOOM!!* Itsuwa berhenti mengeluarkan tangisan putus asa ini.
Dengan suara kejam ini terputuslah sudah, kekuatannya tersedot keluar dari tubuhnya, dan bahkan kesadaraannya hendak terhenti.
“Hummph.”
Aqcua bahkan tidak melihat Itsuwa yang roboh ke tanah sembari dia menaikkan tongkat besarnya.
Itullah motif pertamanya.
Targetnya adalah tangan kanan Kamijou yang tak sadarkan diri.
Tetapi Aqcua tidak mampu mengayunkan tongkatnya kebawah.
Ini bukannya karena dia mengalah.
Itsuwa, yang tertutupi luka dan tampaknya kerusakan dalam tubuhnya bahkan lebih parah, harusnya sudah kehilangan kesadarannya juga. Namun, dia masih menggunakan lengannya yang bebak belur untuk mengangkat tombak selagi dia berhati-hati untuk berdiri tegak.
Layaknya keajaiban, dia berdiri diantara Kamijou dan Aqcua.
“Ga…ugh…WWWWOOOOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH!!!”
Teriakan Itsuwa menggema layaknya dia menggetarkan seluruh organ tubuhnya dan meremas-remas setiap ons volume udara. Sekarang ini, bahkan dia tidak sednag memikirkan peluang untuk menang. Dari sinar matanya, dia berkata bahwa dia bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan itu.
Dia tidak ingin orang itu mati.
Dia tidak ingin orang itu diambil pergi.
Dia ingin berdiri lagi.
Dia baru saja bisa berdiri karena itu.
Menyemburkan gelembung-gelembung darah, mata Itsuwa menunjukkan harapan kuat yang belum pernah dilihat orang sebelumnya.
Aqcua terlihat bosan dalam tatapannya.
Maka dia perlahan membiarkan otot lengannya mencengkram tongkat yang mengembang itu. Otot yang mengerikan. Tongkat itu harusnya terbuat dari baja saja. Pegangan besar yang embuat seseorang merasa tongkat itu akan rusak.
Aqcua tidak pernah memperlakukan Itsuwa sebagai musuhnya.
Dia hanya ingin mengubur Itsuwa dan Kamijou bersamaan pada hempasan berikutnya.
Itsuwa menggigit bibirnya sendiri.
Dia bahkan tidak bosa menegaskan ini semua sekarang.
Disamping itu, dia tidak tahu menahu seberapa perbedaannya dengan Aqcua
(…)
Perlahan, Itsuwa menjadi terdiam.
Bukannya dia bungkam. Sekarang ini, bahkan pikirannya semua diam. Ada perasaan hampa misterius pada hatinya. Ini mungkin sejenis realisasi, mungkin dia telah menyerah. Setelah tiba-tiba mendapatkan kembali pikiranya, walaupun ujung tombaknya sedang bergetar pada rentak yang tidak stabil, dia menyerang ke arah Aqua yang juga sedang menghampirinya.
Siapa dulu yang terkena akan mati dan pertarungan usai.
Itsuwa memusatkan semua kekuatannya yang tersisa pada satu titik.
Kelengangan ini akan tiba-tiba pecah, dan akan menentukan hasilnya.
“Terimakasih, Itsuwa.”
Yang menghancurkan harapan Itsuwa bukanlah serangan Aqcua.
Tetapi telapak tangan lembut dari seseorang pria tertempatkan di pundaknya.
Tubuh mungil Itsuwa gemetaran akibat aksi ini.
Dia tidak mampu menoleh.
Tangan yang terletak di pundaknya sudah babak belur semua.
Tetapi yang tampak pada pikiran Itsuwa adalah wajah Kamijou yang tersenyum.
“Terimaksih untuk sihir penyembuhanmu, aku merasa sedikit lebih baik.”
Itu tidak mungkin terjadi. Imagine Breaker miliknya harusnya sudah membasmi semua jenis sihir dengan mudahnya; sihir pemulihan Itsuwa harusnya sudah tidak memiliki efek sama sekali.
Sejujurnya, suara si lelaki ini terasa seperti odol yang diremas keluar dari tempatnya : sangat lembut dan masih gemetaran. Seseorang akan merasa suaranya bisa hilang kapan saja.
Meski begitu, suara si lelaki ini penuh kehangatan.
Tubuh Itsuwa dengan segera menjadi lebih rileks dengan bertahap, tapi dia juga dengan segera menyadari apa yang si pria pikirkan dan rasakan sangatlah tidak menyenangkan.
Mengapa dia memilih berdiri saat ini?
Dia bahkan tidak bisa menggerakkan jarinya, jadi kenapa dia harus memaksakan dirinya untuk bangkit?
Dan juga, ada makna dibalik ini semua untuk menghentikan serangan Aqcua si Belakang.
“Tungg….”
Bahkan Itsuwa tidak punya peluang untuk mengeluarkan suaranya.
Desakan yang dilakukan lelaki itu bahkan semakin kuat pada pundak Itsuwa, seakan-akan dia ingin berganti posisi dengan Itsuwa untuk berhadapan langsung kepada Aqcua, dia bergerak maju. Setelah menggerakkan tubuh babak belurnya dan melihat punggung Kamijou yang langsung berhadapan dengan Aqcua, Itsuwa tidak mampu menghentikannya. Mungkin ini karena dia tidak tahu determinasinya telah pecah, tetapi harapan Itsuwa, yang telah menopang tubuhnya sampai sekarang, semua tersedot keluar.
“WWWWWOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHH!!!!”
Tak peduli setidakberguna apakah si pria dalam bertarung, dia harusnya paham bahwa si pria ini tidak bisa mengalahkan Aqcua.
Tujuan lelaki itu tidaklah untuk mengalahkan Aqcua.
Aqcua si Belakang, dari awal dia mengatakan targetnya adalah Kanijou Touma. Dia juga sudah mengatakan dia tidak membunuh bala bantuan tersisa dari Amakusa yang berada di dekat mereka. Dengan kata lain, jika pertempuran ini berakhir lbih cepat, tak akan ada lebih
Part 12[แก้ไข](Ugh…)Kesadaran Itsuwa telah menghilang beberapa saat.Seperti air yang merembes ke minyak, dia perlahan memperoleh kembali kesadarannya. Satu hal yang pertama dia sadari adalah bau mirip karat, dan kemudian rasa sakit. Sembari otaknya menyadari ini, rasa sakit melanda tubuhnya seperti tsunami. Tak terduga, penglihatan dan pendengaran yang normalnya diandalkan, membaik belakangan.Sekitarnya gelap.Tenggelam pada keputusasaan kebiruan.Ada reruntuhan aspal dan besi, debu-debu berterbangan diatas jembatan baja.Beebrapa saat yang lalu, mereka berdua sedang menikmati pemandangan malam, tapi sekarang telah menjadi pemandangan yang tragis.Dan sekarang ini, dia akhirnya mengenali perasaan dari tombak di tangannya.“Hm!?”Itsuwa tiba-tiba mengingat skenarionya dan dengan kebingungan mencoba untuk menggunakan tombak untuk melindungi dirinya.Pada saat ini, dia merasakan sesuatu yang hangat mengalir pada telapak tangannya.Ini sedikit hangat, dan mempunyai sedikit bau karat yang bisa membuat siapapun mual. Dan cairan merah segar ini sangatlah jelas.Darah segar.Tapi Itsuwa sendiri tidak berdarah sebegitu banyaknya, karena jika dia berdarah sebegitu banyaknya, akan sulit baginya untuk menahan kesadarannya. Disamping itu, zat seperti tinta ini berbeda dari cairan lainnya. Ini pasti darah orang lain.(Maka darah siapakah ini?) Itsuwa mempertimbangkan, tapi seketika, dia dengan segera mengenyahkan kesadarannya.Dia tahu tanpa memikirkaannya.Ini darah Kamijou.“Jadi kau bangun?”Jika seseorang dengan sabranya memikirkan penyelaan ini, Aqcua si Belakang harusnya sedang menggenggam senjata di belakangnya.“Pergilah dari sini. Hempasanku terlalu kuat, dan jika aku dengan bebas menggunakan semua kekuatanku, gelombang kejutnya akan mempengaruhi sekitar.”Tetapi kesadaran Itsuwa tidak diganggu oleh Aqcua. Pundaknya gemetaran sedikit dan perlahan, perlahan turun.Apa yang terjadi sewaktu Itsuwa tidak sadarkan diri?Kehilangan semua kekuatannya dan terbaring di tanah, anggota tubuh dan wajah Kamijou keduanya bermerahkan darah. Dia tidak dapat membuka matanya, seperti pintu otomatis yang rusak dan tidak bisa tertutup kembali. Itu seharusnya adalah rasa sakit yang sangat yang bisa merobek-robek tubuhnya, tapi Kamijou masih tidak bergerak sama sekali.Bahkan dia tidak dapat memahaminya.Berbicara jarak fisiknya, mereka berdua hanya terpisah beberapa meter, tetapi bahakan pada jarak yang dekat itu, Itsuwa masih tidak bisa berkata.“Ah……ah…..”Pertimbangan Itsuwa perlahan berubah menjadi debu.Ancaman yang berdiri di dekatnya bernama Aqcua si Belakang ini telah gilang dari pikirannya. Bahkan sedang melawan musuh yang sangat kuat, dia tidak peduli. Dia menggerakkan tanagannya kepada orang yang berlumuran darah di sana, mengumpulkan reruntuhan di sekitar, mengeluarkan sapu tangan basah, dan mengeluarkan dompet dari saku celana berdarah milik Kamijou.Sihir yang digunakan Gereja Gaya Campuran Amakusa tidak memerlukan beberapa mantra atau benda spiritual.Benda yang digunakan bahkan benda sehari-hari.Itsuwa sedang berusaha menemukan barang non-ilmiah tersisa dari benda-benda keseharian ini, menyusun kembali mereka untuk menghentikan pendarahan, dan menutupi luka untuk melengkapi lagi asa hidupnya. Demi tujuan melakukan ini, Itsuwa akan memberikan sihir penyembuhan. Bagi gadis yang disebut Itsuwa ini, masalah dan apa yang dihadapi dalam pertempuran ini adalah tentang menyelamatkan nyawa anak ini.Sebenarnya, bahkan dalam keadaan panik, Itsuwa masih bisa beraksi cepat.Sebentar lagi sihir pemulihan diaktivasikan.Bola kecil bercahaya muram menari-nari di atas tubuh Kamijou. Cahaya hijau bersinar seperti kunang-kunang, dan cahaya ini terlihat seperti ingin menambal luka selagi mereka memasukinya.Bagaimanapun,Sebuah suara *BAM!!* dapat terdengar.Sihir pemulihan yang digunakan Itsuwa pencar seperti serbuk hasil gergaji, bahkan tak sedikitpun yang tersisa setelah itu memencar.Alasannya jelas.“…Uuuu aahhh.”Kesadaran Itsuwa tergoncang dan pandangannya berganti dari wajah Kamijou menuju tangan kanannya.Tangan kanannya.Imagine Breaker.Tak peduli kekuatan supranatural apa, Imagine Breaker akan meniadakan efeknya, tak peduli itu kekuatan jelek atau baik.“WWWWWWWWWWWWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!”Tangisan Itsuwa pecah dalam keputusasaannya, mencoba untuk membangun kembali sihir pemulihan yang rusak, tapi tak ada gunanya. Sihirnya pecah ketika saat diaktifkan, pecah lagi bahkan ketika masih disusun kembali. Tak peduli benda keseharian apa yang dia lihat dan gunakan, dia tetap menggunakannya tak peduli bagaimana dia mencobanya. Pada saat dia menyadari akan hal itu, material yang digunakan untuk sihir pemulihan telah hampir semuanya terpakai.“Cukup.”Menghadapi Itsuwa, yang tidak menyerah tak peduli berapa kali pun dia mencoba, Aqcua mengatakan kata-kata yang kejam.Tapi Itsuwa bahkan tak bisa membuat balasan yang layak.Melihat Itsuwa yang tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menjerit dan menangis, selanjutnya Aqcua tidak mengatakan apapun.Dia dengan tenang dan perlahan mengangkat kakinya sebelum menginjak punggung Itsuwa yang berada di tanah.Dengan suara *BOOM!!* Itsuwa berhenti mengeluarkan tangisan putus asa ini.Dengan suara kejam ini terputuslah sudah, kekuatannya tersedot keluar dari tubuhnya, dan bahkan kesadaraannya hendak terhenti.“Hummph.”Aqcua bahkan tidak melihat Itsuwa yang roboh ke tanah sembari dia menaikkan tongkat besarnya.Itullah motif pertamanya.Targetnya adalah tangan kanan Kamijou yang tak sadarkan diri.Tetapi Aqcua tidak mampu mengayunkan tongkatnya kebawah.Ini bukannya karena dia mengalah.Itsuwa, yang tertutupi luka dan tampaknya kerusakan dalam tubuhnya bahkan lebih parah, harusnya sudah kehilangan kesadarannya juga. Namun, dia masih menggunakan lengannya yang bebak belur untuk mengangkat tombak selagi dia berhati-hati untuk berdiri tegak.Layaknya keajaiban, dia berdiri diantara Kamijou dan Aqcua.“Ga…ugh…WWWWOOOOOOOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHH!!!”Teriakan Itsuwa menggema layaknya dia menggetarkan seluruh organ tubuhnya dan meremas-remas setiap ons volume udara. Sekarang ini, bahkan dia tidak sednag memikirkan peluang untuk menang. Dari sinar matanya, dia berkata bahwa dia bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan itu.Dia tidak ingin orang itu mati.Dia tidak ingin orang itu diambil pergi.Dia ingin berdiri lagi.Dia baru saja bisa berdiri karena itu.Menyemburkan gelembung-gelembung darah, mata Itsuwa menunjukkan harapan kuat yang belum pernah dilihat orang sebelumnya.Aqcua terlihat bosan dalam tatapannya.Maka dia perlahan membiarkan otot lengannya mencengkram tongkat yang mengembang itu. Otot yang mengerikan. Tongkat itu harusnya terbuat dari baja saja. Pegangan besar yang embuat seseorang merasa tongkat itu akan rusak.Aqcua tidak pernah memperlakukan Itsuwa sebagai musuhnya.Dia hanya ingin mengubur Itsuwa dan Kamijou bersamaan pada hempasan berikutnya.Itsuwa menggigit bibirnya sendiri.Dia bahkan tidak bosa menegaskan ini semua sekarang.Disamping itu, dia tidak tahu menahu seberapa perbedaannya dengan Aqcua(…)
Perlahan, Itsuwa menjadi terdiam.
Bukannya dia bungkam. Sekarang ini, bahkan pikirannya semua diam. Ada perasaan hampa misterius pada hatinya. Ini mungkin sejenis realisasi, mungkin dia telah menyerah. Setelah tiba-tiba mendapatkan kembali pikiranya, walaupun ujung tombaknya sedang bergetar pada rentak yang tidak stabil, dia menyerang ke arah Aqua yang juga sedang menghampirinya.
Siapa dulu yang terkena akan mati dan pertarungan usai.
Itsuwa memusatkan semua kekuatannya yang tersisa pada satu titik.
Kelengangan ini akan tiba-tiba pecah, dan akan menentukan hasilnya.
“Terimakasih, Itsuwa.”
Yang menghancurkan harapan Itsuwa bukanlah serangan Aqcua.
Tetapi telapak tangan lembut dari seseorang pria tertempatkan di pundaknya.
Tubuh mungil Itsuwa gemetaran akibat aksi ini.
Dia tidak mampu menoleh.
Tangan yang terletak di pundaknya sudah babak belur semua.
Tetapi yang tampak pada pikiran Itsuwa adalah wajah Kamijou yang tersenyum.
“Terimaksih untuk sihir penyembuhanmu, aku merasa sedikit lebih baik.”
Itu tidak mungkin terjadi. Imagine Breaker miliknya harusnya sudah membasmi semua jenis sihir dengan mudahnya; sihir pemulihan Itsuwa harusnya sudah tidak memiliki efek sama sekali.
Sejujurnya, suara si lelaki ini terasa seperti odol yang diremas keluar dari tempatnya : sangat lembut dan masih gemetaran. Seseorang akan merasa suaranya bisa hilang kapan saja.
Meski begitu, suara si lelaki ini penuh kehangatan.
Tubuh Itsuwa dengan segera menjadi lebih rileks dengan bertahap, tapi dia juga dengan segera menyadari apa yang si pria pikirkan dan rasakan sangatlah tidak menyenangkan.
Mengapa dia memilih berdiri saat ini?
Dia bahkan tidak bisa menggerakkan jarinya, jadi kenapa dia harus memaksakan dirinya untuk bangkit?
Dan juga, ada makna dibalik ini semua untuk menghentikan serangan Aqcua si Belakang.
“Tungg….”
Bahkan Itsuwa tidak punya peluang untuk mengeluarkan suaranya.
Desakan yang dilakukan lelaki itu bahkan semakin kuat pada pundak Itsuwa, seakan-akan dia ingin berganti posisi dengan Itsuwa untuk berhadapan langsung kepada Aqcua, dia bergerak maju. Setelah menggerakkan tubuh babak belurnya dan melihat punggung Kamijou yang langsung berhadapan dengan Aqcua, Itsuwa tidak mampu menghentikannya. Mungkin ini karena dia tidak tahu determinasinya telah pecah, tetapi harapan Itsuwa, yang telah menopang tubuhnya sampai sekarang, semua tersedot keluar.
“WWWWWOOOOOOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHH!!!!”
Tak peduli setidakberguna apakah si pria dalam bertarung, dia harusnya paham bahwa si pria ini tidak bisa mengalahkan Aqcua.
Tujuan lelaki itu tidaklah untuk mengalahkan Aqcua.
Aqcua si Belakang, dari awal dia mengatakan targetnya adalah Kanijou Touma. Dia juga sudah mengatakan dia tidak membunuh bala bantuan tersisa dari Amakusa yang berada di dekat mereka. Dengan kata lain, jika pertempuran ini berakhir lbih cepat, tak akan ada lebih
การแปล กรุณารอสักครู่..
