“Kau tidak punya salah apapun. Aku yang harusnya minta maaf karena telah membiarkanmu menderita sendirian…” telunjuk Sherin menekan bibir Dean isyarat untuk berhenti bicara.
“ Aku…, aku juga mencintaimu.” Kata Sherin akhirnya. Dean tersenyum meski matanya terus berlinangan air. Sherin pun ikut tersenyum. Mata Sherin terpejam perlahan.
“SHERIIIIIIINN!!!”
Delapan hari yang lalu, di sebuah rumah sakit…
“Kanker otak?”
Dokter tersebut mengangguk. “Iya, Sherin menderita kanker otak. Dan sepertinya penyakit itu sudah ia derita beberapa tahun yang lalu.”
“Lalu bagaimana dokter? Apakah ada harapan untuk sembuh?” tanya Dean. Dokter tersebut mengusap dagunya, membuat Dean cemas menunggu jawaban atas pertanyaannya.
“Hanya mukjizat dari Tuhan yang bisa membuatnya sembuh.”
Dean terduduk lemas. Tuhan…, tolong jelaskan padaku. Kenapa semua ini terjadi?
TAMAT