Part 1[แก้ไข]Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di su การแปล - Part 1[แก้ไข]Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di su อังกฤษ วิธีการพูด

Part 1[แก้ไข]Pada akhirnya, dia men

Part 1[แก้ไข]
Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di sungai.
Hamazura Shiage tidak sanggup membuang abu tersebut ke mesin pengolah sampah dapur otomatis. Dia tahu bahwa tindakannya hanya memuaskan dirinya sendiri dan melakukannya membuat lingkungan tercemar, namun dia tetap menahan diri dari pikiran untuk membuang apa yang tadinya adalah manusia ke tempat sampah dapur.
(...Aku menyedihkan.)
Dia telah berpisah dari Takitsubo dan sekarang sedang berbicara pada dirinya sendiri sambil menelusuri jalan di pinggir sungai.
(Aku tidak bersimpati pada orang di kantung tidur itu, aku cuma takut bahwa akulah yang berikutnya ada di sana. Aku hanya melakukannya karena aku tidak ingin dibuang seperti itu ketika aku mati.)
“Sialan...”
Dia menahan dorongan untuk menanyakan dirinya sendiri apakah dia benar-benar harus kembali ke ITEM dan mulai berjalan kembali ke arah mereka.
Saat itulah seseorang memanggilnya.
Hamazura tidak menghiraukan orang tersebut dan mulai melanjutkan jalannya, tapi orang itu memegang pundaknya dari belakang.
Sebelum dia sempat berbalik, sebuah pukulan mendarat.
Dia menerima pukulan di belakang kepalanya dan jatuh ke tanah yang kotor.
Dia mendengar suara tawa dan menoleh. Dia melihat tiga anak laki-laki yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Salah satu dari mereka memegang tongkat golf. Dialah yang telah memukul Hamazura barusan.
(...!? Perampok?)
Delapan puluh persen populasi Academy City terdiri dari pelajar. Pada jam-jam tertentu, asrama siswa nyaris kosong sepenuhnya. Ada beberapa grup pelajar berandalan bersenjata yang bekerja sebagai perampok dan menggunakan saat-saat seperti itu demi keuntungan mereka.
“Aku benar. Aku pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia dari Skill-Out Distrik 7, ‘kan?”
“Bukannya mereka sudah musnah?”
“Siapa peduli? Kita akan membuatnya babak belur di sini.”
Dengan perkataan itu, mereka semua tertawa. Tendangan demi tendangan meluncur ke arah Hamazura dari segala arah sebelum dia sempat mengatakan apapun. Mereka semua hanya tertawa.
“Kau tahu, Skill-Out? Sampai beberapa waktu lalu, hidup kami sulit.”
“Pemimpin kalian...Komaba, ya ‘kan? Dia benar-benar menyusahkan. Dia membuat kami tidak bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik.”
“Untuk membayarnya, kami akan membuat wajahmu begitu rusak hingga mereka hanya bisa mengidentifikasikanmu sebagai ‘Pemuda A’. Mengerti?”
Hamazura ingin mengatakan bahwa itu bukanlah salahnya, tapi sebuah tendangan mendarat di bagian samping perutnya. Dia kesulitan bernapas dan tidak bisa mengatakan apapun.
(Si...al...an...)
Wajah tak dikenal di dalam kantung tidur kembali ke pikirannya. Dia tidak bisa menghilangkan pemandangan lelaki itu dibakar di tungku elektrik dan abunya hanyut di sungai dari pikirannya. Fakta bahwa dia juga bisa dimusnahkan seperti itu dan remehnya kehidupan seorang Level 0 mengisi kepalanya.
Kemudian sebuah pipa logam kira-kira setebal jempol yang digunakan sebagai pipa gas propana berguling di tanah yang kotor tersebut.
Hamazura Shiage tidak ragu-ragu.
“!!”
Dia menggenggam pipa berbentuk L tersebut dan mengayunkannya ke samping dengan penuh tenaga.
Pipa itu mengenai lutut si berengsek dengan tongkat golf dan Hamazura merasakan tulangnya retak. Si idiot itu tumbang ke tanah sambil berteriak dan Hamazura berdiri dibasahi darah seolah-olah untuk menggantikan perannya. Hamazura mengayunkan pipa itu ke bawah lagi untuk mendaratkan satu pukulan lagi.
Kedua berandalan lain meneriakkan sesuatu, tapi Hamazura tidak menghiraukan mereka.
Dia mengayunkan pipa itu ke bawah sekali lagi ke orang yang tumbang tersebut dan teriakan-teriakan yang manis memasuki telinganya.
Salah satu berandalan mengeluarkan sebuah palu dari tasnya ketika mendengar itu.
Hamazura merasa mungkin dia benar-benar berada dalam masalah. Pipa metal itu cukup destruktif, tapi masih sulit untuk menumbangkan seseorang dalam satu pukulan. Jika ini berubah menjadi pertarungan tinju berkepanjangan, mungkin saja mereka berhasil mengalahkan satu sama lain.
Namun dia masih tidak merasa ingin menghentikan tangannya yang menyerang.
Tekstur kain sintetis dari kantung tidur warna hitam tersebut secara mengejutkan terasa segar di telapak tangannya.
Kemudian...
“Di sini, Hamazura!!”
Di saat yang sama dengan teriakan itu, leher anak yang memegang palu bengkok ke samping dengan suara retak. Sebelum Hamazura menyadari bahwa anak itu telah terkena sesuatu seperti batu bata, seseorang telah mengenggam lengannya.
“Ayo, dasar idiot! Ayo pergi dari sini!!”
Hamazura merasakan kelesuan yang aneh selagi dibawa berlari dengan lengan yang ditarik.
Setelah dibawa cukup jauh, dia akhirnya menyadari milik siapa suara itu.
“Itu...Hanzou?”
Dia adalah seorang pemuda yang dulunya adalah anggota Skill-Out bersama Hamazura dan sering beraksi bersama Hamazura. Hamazura memikirkan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya ketika menjadi Skill-Out dan menyimpulkan bahawa Hanzou pasti sedang berpikir untuk mencuri ATM lain jika dia berkeliaran di daerah ini.
Hanzou berkata dengan suara yang benar-benar terkejut, “Dasar idiot! Apa kau sudah lupa aturan di jalanan? Kalau kau memikirkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, kau akan mati. Kalau kau peduli pada nyawamu, kau harus membuang pikiran selalu ingin menang!”
Kedua pemuda tersebut melihat ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengejar mereka dan berhenti berlari.
Hamazura menengok wajah Hanzou dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.
“Kenapa kau menyelamatkanku? Aku menghancurkan Skill-Out lalu kabur dari hukumanku.”
“Itu bukanlah hal yang patut kaukatakan,” jawab Hanzou dengan nada tidak tertarik. “Kau perlu menyadari bahwa kami tidak menyimpan dendam padamu. Kami tidak berpikir bahwa itu adalah salahmu. Tidak peduli siapapun yang menjadi pemimpin saat itu, Skill-Out tetap akan hancur.”
“...”
“Skill-Out bukanlah jalan yang cukup enak hingga membuatku tidak ingin melepas masa lalu. Yah, kuakui itu cukup menyenangkan sampai bagian di mana aku memoles rencananya, kau mendapatkan bantuan, dan Komaba memimpin serangannya.”
“Yeah,” jawab Hamazura dengan nada emosi. “Kau benar. Itu adalah kehidupan yang jelek, tapi menyenangkan.”
“...Apa yang akan kaulakukan sekarang?”
“Aku tidak tahu. Aku punya firasat bahwa semuanya akan sama saja di mana pun aku berada. Walaupun aku ke Skill-Out, rasanya tidak akan sama seperti yang dulu. Aku rasa tidak ada artinya kembali ke sana.”
Hamazura menembakkan kata-kata tersebut dan mulai membalikkan diri dari Hanzou.
Hanzou mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dan melemparkannya pada Hamazura.
“Ambil itu. Dari apa yang terjadi di sana tadi, kurasa kau tidak punya apa-apa yang bisa disebut senjata.”
Benda itu adalah sebuah pistol yang gagangnya hanya sampai setengah telapak tangannya ketika dipegang.
“...Ini pistol perempuan.”
“Ada masalah? Senjata yang sedikit sulit digunakan itu sempurna. Kalau pistol itu begitu nyaman dipegang di tangan, kau hanya akan menumpahkan darah yang tidak perlu.”
Hamazura memutar pistol di tangannya dan memasukkannya ke dalam lengan baju.
Kali ini dia meninggalkan lorong tersebut tanpa menoleh kembali pada Hanzou.
Tugas berikutnya untuk ITEM kemungkinan besar sedang menunggunya.
0/5000
จาก: -
เป็น: -
ผลลัพธ์ (อังกฤษ) 1: [สำเนา]
คัดลอก!
Part 1 [แก้ไข]In the end, he was washed away the dead bodies in the river ash.Hamazura Shiage cannot throw the ashes into the kitchen garbage processing machine automatically. He knew that his actions satisfying herself and only did so to make the environment is polluted, but he still refrained from mind to get rid of what was once a human is to trash the kitchen.(...I'm pathetic.)She had separated from Takitsubo and now is talking to himself while tracing the path at the edge of the river.(I'm not sympathetic to people in SAC sleep it, I'm just afraid that I am the next one there. I just did it because I don't want thrown out like that when I'm dead.)"Damn ...". "She's resisting the urge to ask himself whether he really needs to return to items and started walking back towards them.That's when someone called him.Hamazura regardless of the person and start to continue his path, but the man holding his shoulders from behind.Before he had time to turn around, a punch landed.He received a blow on the back of his head and fell to the ground that is dirty.He heard the sound of laughter and turned. She saw three boys who had never seen before. One of them was holding a stick of golf. He has hit just Hamazura.(...!? Robbers?)Eighty percent of the population of the City consisted of students from the Academy. At certain hours, boarding students almost entirely empty. There are several student group berandalan who worked as an armed robber and use moments like that for the sake of their profits."I was right. I've seen this guy before. He's from Skill-Out District 7, ' right? ""Instead they have already destroyed?""Who cares? We'll make it battered down here. "With these words, they all laughed. Kick for kick slid towards the Hamazura from all directions before he had time to say anything. They all just laughed."You know, Skill-Out? Until some time ago, our life is difficult. ""The leader of you guys ...Komaba, ya ' right? She is really troublesome. He made us can't do our job properly. ""To pay for it, we will make your face so broken up they can only mengidentifikasikanmu as A ' Youth '. Understand? "Hamazura would like to say that it is not his fault, but a kick landed on the side of his stomach. He had trouble breathing and could not say anything.(Si ... al. ..an...)An unknown face in the pouch to sleep back to his mind. She could not remove the view of the man's burned in an electric furnace and her ashes were swept away in a river of his mind. The fact that she could also be destroyed that way and remehnya the life of a Level 0 filling his head.Then a metal pipe is roughly as thick as a thumb, which is used as a propane gas pipeline rolled in the dirty ground.Hamazura Shiage didn't hesitantly.“!!”He is holding the L-shaped pipe and mengayunkannya to the side with full power.The pipe was about knee si berengsek stick with golf and Hamazura felt his bones crack. The idiot that tumbles to the ground while screaming and drenched with blood as if standing Hamazura to replace his role. Hamazura swinging pipe it down again to land the one punch again.The two other berandalan yelling something, but regardless of their Hamazura.He swung the pipe it down once again to the uprooted people and shouts that sweet entered his ears.One of the berandalan passed a hammer from her purse when heard that.Hamazura felt maybe she really is in trouble. Metal pipe that is quite destructive, but it's still difficult to subvert someone in one blow. If this turns into a protracted boxing fight, just maybe they managed to beat each other.But he still doesn't feel like stopping the hand that strikes.Synthetic fabrics textures from the black sleeping bag is surprisingly feels fresh in the Palm of his hand.Then ..."Here, Hamazura!!"At the same time with shouts, holding the hammer kid's neck bent to the side with a voice cracked. Before the Hamazura realized that the boy had been hit by something like bricks, someone has mengenggam his arm."Come on, basic idiot! Let's go out of here!! "Hamazura feel the strange lethargy while brought to run with the arm that was withdrawn.After taken far enough, he finally realized who the voice belonged to."It's ...Hanzou? "He is a young man who was a member of the Skill Out with Hamazura and often reacts with Hamazura. Hamazura think of activities that it does when it becomes Skill-Out and conclude that Hanzou definitely was thinking of stealing ATM of another if he is wandering around in this area.Hanzou said with a voice that really shocked, "the Foundation of an idiot! What you've forgotten the rule on the street? If you're thinking about who wins and who loses, you're going to die. If you care about which you should throw the mind always wanted to win! "The two young men were looking back to make sure that no one is chasing them and stopped running.Hamazura looking face Hanzou with the expression of confusion on his face."Why are you menyelamatkanku? I smash Skill-Out and then escaped from hukumanku. ""It is not worth saying," replied with a tone of Hanzou is not interested. "You need to be aware that we do not grudge thee. We do not think that it is your fault. Do not care whoever becomes the leader of that time, Skill-Out will still be devastated. "“...”"Skill-Out is not good enough to make me not want to take off the past. Well, I'll admit it was pretty fun until the part where I plan to Polish, you get help, and Komaba led his attack. ""Yeah," Hamazura said with a tone of emotion. "You're right. It was a life that was bad, but fun. "“...What would have you done now? ""I don't know. I have a gut feeling that everything will be the same no matter where I am. Although I'm into Skill-Out, it will not be the same as it used to be. I think there is no meaning back there. "Hamazura firing those words and started to reverse itself from Hanzou.Hanzou removing something from kantungnya and threw it at Hamazura."Take it. Of what is going on over there, which I guess you do not have anything that could be called a weapon. "It is a pistol that gagangnya only up to half his Palm when held.“...This pistol women. ""There is a problem? The weapon is a little hard to use it perfectly. If the gun was so comfortably held in a hand, you're just going to spill unnecessary blood. "Hamazura rotate the pistol in his hand and put it into the sleeve.This time he left the Hall without looking back at Hanzou.The next task for the items likely were waiting for him.
การแปล กรุณารอสักครู่..
ผลลัพธ์ (อังกฤษ) 2:[สำเนา]
คัดลอก!
Part 1[แก้ไข]
Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di sungai.
Hamazura Shiage tidak sanggup membuang abu tersebut ke mesin pengolah sampah dapur otomatis. Dia tahu bahwa tindakannya hanya memuaskan dirinya sendiri dan melakukannya membuat lingkungan tercemar, namun dia tetap menahan diri dari pikiran untuk membuang apa yang tadinya adalah manusia ke tempat sampah dapur.
(...Aku menyedihkan.)
Dia telah berpisah dari Takitsubo dan sekarang sedang berbicara pada dirinya sendiri sambil menelusuri jalan di pinggir sungai.
(Aku tidak bersimpati pada orang di kantung tidur itu, aku cuma takut bahwa akulah yang berikutnya ada di sana. Aku hanya melakukannya karena aku tidak ingin dibuang seperti itu ketika aku mati.)
“Sialan...”
Dia menahan dorongan untuk menanyakan dirinya sendiri apakah dia benar-benar harus kembali ke ITEM dan mulai berjalan kembali ke arah mereka.
Saat itulah seseorang memanggilnya.
Hamazura tidak menghiraukan orang tersebut dan mulai melanjutkan jalannya, tapi orang itu memegang pundaknya dari belakang.
Sebelum dia sempat berbalik, sebuah pukulan mendarat.
Dia menerima pukulan di belakang kepalanya dan jatuh ke tanah yang kotor.
Dia mendengar suara tawa dan menoleh. Dia melihat tiga anak laki-laki yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Salah satu dari mereka memegang tongkat golf. Dialah yang telah memukul Hamazura barusan.
(...!? Perampok?)
Delapan puluh persen populasi Academy City terdiri dari pelajar. Pada jam-jam tertentu, asrama siswa nyaris kosong sepenuhnya. Ada beberapa grup pelajar berandalan bersenjata yang bekerja sebagai perampok dan menggunakan saat-saat seperti itu demi keuntungan mereka.
“Aku benar. Aku pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia dari Skill-Out Distrik 7, ‘kan?”
“Bukannya mereka sudah musnah?”
“Siapa peduli? Kita akan membuatnya babak belur di sini.”
Dengan perkataan itu, mereka semua tertawa. Tendangan demi tendangan meluncur ke arah Hamazura dari segala arah sebelum dia sempat mengatakan apapun. Mereka semua hanya tertawa.
“Kau tahu, Skill-Out? Sampai beberapa waktu lalu, hidup kami sulit.”
“Pemimpin kalian...Komaba, ya ‘kan? Dia benar-benar menyusahkan. Dia membuat kami tidak bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik.”
“Untuk membayarnya, kami akan membuat wajahmu begitu rusak hingga mereka hanya bisa mengidentifikasikanmu sebagai ‘Pemuda A’. Mengerti?”
Hamazura ingin mengatakan bahwa itu bukanlah salahnya, tapi sebuah tendangan mendarat di bagian samping perutnya. Dia kesulitan bernapas dan tidak bisa mengatakan apapun.
(Si...al...an...)
Wajah tak dikenal di dalam kantung tidur kembali ke pikirannya. Dia tidak bisa menghilangkan pemandangan lelaki itu dibakar di tungku elektrik dan abunya hanyut di sungai dari pikirannya. Fakta bahwa dia juga bisa dimusnahkan seperti itu dan remehnya kehidupan seorang Level 0 mengisi kepalanya.
Kemudian sebuah pipa logam kira-kira setebal jempol yang digunakan sebagai pipa gas propana berguling di tanah yang kotor tersebut.
Hamazura Shiage tidak ragu-ragu.
“!!”
Dia menggenggam pipa berbentuk L tersebut dan mengayunkannya ke samping dengan penuh tenaga.
Pipa itu mengenai lutut si berengsek dengan tongkat golf dan Hamazura merasakan tulangnya retak. Si idiot itu tumbang ke tanah sambil berteriak dan Hamazura berdiri dibasahi darah seolah-olah untuk menggantikan perannya. Hamazura mengayunkan pipa itu ke bawah lagi untuk mendaratkan satu pukulan lagi.
Kedua berandalan lain meneriakkan sesuatu, tapi Hamazura tidak menghiraukan mereka.
Dia mengayunkan pipa itu ke bawah sekali lagi ke orang yang tumbang tersebut dan teriakan-teriakan yang manis memasuki telinganya.
Salah satu berandalan mengeluarkan sebuah palu dari tasnya ketika mendengar itu.
Hamazura merasa mungkin dia benar-benar berada dalam masalah. Pipa metal itu cukup destruktif, tapi masih sulit untuk menumbangkan seseorang dalam satu pukulan. Jika ini berubah menjadi pertarungan tinju berkepanjangan, mungkin saja mereka berhasil mengalahkan satu sama lain.
Namun dia masih tidak merasa ingin menghentikan tangannya yang menyerang.
Tekstur kain sintetis dari kantung tidur warna hitam tersebut secara mengejutkan terasa segar di telapak tangannya.
Kemudian...
“Di sini, Hamazura!!”
Di saat yang sama dengan teriakan itu, leher anak yang memegang palu bengkok ke samping dengan suara retak. Sebelum Hamazura menyadari bahwa anak itu telah terkena sesuatu seperti batu bata, seseorang telah mengenggam lengannya.
“Ayo, dasar idiot! Ayo pergi dari sini!!”
Hamazura merasakan kelesuan yang aneh selagi dibawa berlari dengan lengan yang ditarik.
Setelah dibawa cukup jauh, dia akhirnya menyadari milik siapa suara itu.
“Itu...Hanzou?”
Dia adalah seorang pemuda yang dulunya adalah anggota Skill-Out bersama Hamazura dan sering beraksi bersama Hamazura. Hamazura memikirkan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya ketika menjadi Skill-Out dan menyimpulkan bahawa Hanzou pasti sedang berpikir untuk mencuri ATM lain jika dia berkeliaran di daerah ini.
Hanzou berkata dengan suara yang benar-benar terkejut, “Dasar idiot! Apa kau sudah lupa aturan di jalanan? Kalau kau memikirkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, kau akan mati. Kalau kau peduli pada nyawamu, kau harus membuang pikiran selalu ingin menang!”
Kedua pemuda tersebut melihat ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengejar mereka dan berhenti berlari.
Hamazura menengok wajah Hanzou dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.
“Kenapa kau menyelamatkanku? Aku menghancurkan Skill-Out lalu kabur dari hukumanku.”
“Itu bukanlah hal yang patut kaukatakan,” jawab Hanzou dengan nada tidak tertarik. “Kau perlu menyadari bahwa kami tidak menyimpan dendam padamu. Kami tidak berpikir bahwa itu adalah salahmu. Tidak peduli siapapun yang menjadi pemimpin saat itu, Skill-Out tetap akan hancur.”
“...”
“Skill-Out bukanlah jalan yang cukup enak hingga membuatku tidak ingin melepas masa lalu. Yah, kuakui itu cukup menyenangkan sampai bagian di mana aku memoles rencananya, kau mendapatkan bantuan, dan Komaba memimpin serangannya.”
“Yeah,” jawab Hamazura dengan nada emosi. “Kau benar. Itu adalah kehidupan yang jelek, tapi menyenangkan.”
“...Apa yang akan kaulakukan sekarang?”
“Aku tidak tahu. Aku punya firasat bahwa semuanya akan sama saja di mana pun aku berada. Walaupun aku ke Skill-Out, rasanya tidak akan sama seperti yang dulu. Aku rasa tidak ada artinya kembali ke sana.”
Hamazura menembakkan kata-kata tersebut dan mulai membalikkan diri dari Hanzou.
Hanzou mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dan melemparkannya pada Hamazura.
“Ambil itu. Dari apa yang terjadi di sana tadi, kurasa kau tidak punya apa-apa yang bisa disebut senjata.”
Benda itu adalah sebuah pistol yang gagangnya hanya sampai setengah telapak tangannya ketika dipegang.
“...Ini pistol perempuan.”
“Ada masalah? Senjata yang sedikit sulit digunakan itu sempurna. Kalau pistol itu begitu nyaman dipegang di tangan, kau hanya akan menumpahkan darah yang tidak perlu.”
Hamazura memutar pistol di tangannya dan memasukkannya ke dalam lengan baju.
Kali ini dia meninggalkan lorong tersebut tanpa menoleh kembali pada Hanzou.
Tugas berikutnya untuk ITEM kemungkinan besar sedang menunggunya.
การแปล กรุณารอสักครู่..
 
ภาษาอื่น ๆ
การสนับสนุนเครื่องมือแปลภาษา: กรีก, กันนาดา, กาลิเชียน, คลิงออน, คอร์สิกา, คาซัค, คาตาลัน, คินยารวันดา, คีร์กิซ, คุชราต, จอร์เจีย, จีน, จีนดั้งเดิม, ชวา, ชิเชวา, ซามัว, ซีบัวโน, ซุนดา, ซูลู, ญี่ปุ่น, ดัตช์, ตรวจหาภาษา, ตุรกี, ทมิฬ, ทาจิก, ทาทาร์, นอร์เวย์, บอสเนีย, บัลแกเรีย, บาสก์, ปัญจาป, ฝรั่งเศส, พาชตู, ฟริเชียน, ฟินแลนด์, ฟิลิปปินส์, ภาษาอินโดนีเซี, มองโกเลีย, มัลทีส, มาซีโดเนีย, มาราฐี, มาลากาซี, มาลายาลัม, มาเลย์, ม้ง, ยิดดิช, ยูเครน, รัสเซีย, ละติน, ลักเซมเบิร์ก, ลัตเวีย, ลาว, ลิทัวเนีย, สวาฮิลี, สวีเดน, สิงหล, สินธี, สเปน, สโลวัก, สโลวีเนีย, อังกฤษ, อัมฮาริก, อาร์เซอร์ไบจัน, อาร์เมเนีย, อาหรับ, อิกโบ, อิตาลี, อุยกูร์, อุสเบกิสถาน, อูรดู, ฮังการี, ฮัวซา, ฮาวาย, ฮินดี, ฮีบรู, เกลิกสกอต, เกาหลี, เขมร, เคิร์ด, เช็ก, เซอร์เบียน, เซโซโท, เดนมาร์ก, เตลูกู, เติร์กเมน, เนปาล, เบงกอล, เบลารุส, เปอร์เซีย, เมารี, เมียนมา (พม่า), เยอรมัน, เวลส์, เวียดนาม, เอสเปอแรนโต, เอสโทเนีย, เฮติครีโอล, แอฟริกา, แอลเบเนีย, โคซา, โครเอเชีย, โชนา, โซมาลี, โปรตุเกส, โปแลนด์, โยรูบา, โรมาเนีย, โอเดีย (โอริยา), ไทย, ไอซ์แลนด์, ไอร์แลนด์, การแปลภาษา.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: