Orang pertama aku, orang kedua kamu, orang ketiga dia!” ucapmu saat kita sedang mencoba menjawab soal terakhir tugas Bahasa Indonesia.
“Tokoh ‘Aku’ berperan sebagai orang pertama? Maksudmu jawabannya B ya?” jawabku.
“Yup!” katamu bersemangat. Lalu kita bersama-sama memberi tanda silang B di kertas soal yang menandakan bahwa kita menjawab jawaban itu dengan jawaban orang pertama.
“Tapi, bukannya orang kedua tidak ada ya? Maksudku untuk menunjukan tokoh itu sebagai apa, hanya ada 2 pilihan kalau tidak orang pertama ya orang ketiga bukan?” kataku mencoba mengingatkanmu.
“Yaelah, jangan serius menanggapinya. Aku kan cuma bercanda aja supaya kita lebih paham.” jawabmu sembari tersenyum padaku. Aku membalas senyummu itu, kau tahu kadang aku berpikir berapa lama aku akan melihat senyum tulusmu itu.
Sampai kapan kau akan merubah senyummu itu dengan tatapan dingin ke arahku. Entahlah, aku tidak ingin memikirkannya, aku ingin menikmati senyummu lebih lama. Senyum tulusmu yang membuatku merasa nyaman berada di sebelahmu.
Bel berbunyi menandakan waktu untuk pulang. Aku melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 2 siang. Waktu yang panjang menurutku, aku sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah dan merebahkan badanku di atas kasurku yang empuk itu. Namun, tiba-tiba kau menghadangku di antara lorong-lorong sekolah.
“Aku ingin bertanya sesuatu denganmu?” katamu yang membuat dadaku serasa berhenti. Mungkinkah.
“Apa yang ingin kau katakan padaku?” jawabku dengan suara sedikit bergetar.
“Kenapa mukamu seperti orang ketakutan? Aku tidak akan menanyai macam-macam aku hanya ingin bertanya padamu, apakah di antara orang pertama dan orang kedua pasti ada orang ketiga?” tanyamu.
“Kenapa tiba-tiba kau menanyakan pertanyaan seperti itu?” jawabku.
“Tidak, aku harap jangan sampai. Tapi menurutmu apakah mungkin ada orang ketiga?” tanyamu lagi sembari kita berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah menuju gerbang sekolah.
“Aku tidak tahu.” jawabku dan kuharap kau tidak memberiku pertanyaan yang semakin membuat dadaku berhenti berdetak. Untung saja mobilmu sudah datang untuk menjemputmu.
“Aku pulang dulu ya, hati-hati di jalan.” katamu sambil melambaikan tanganmu ke arahku.
“Iya.” jawabku sambil membalas lambaian tanganmu dan memberikan senyuman yang manis ke arahmu.
Entah kenapa hari ini aku tidak terlalu lama menunggu bus yang akan membawaku pulang ke istanaku, lebih tepatnya hanya di depan gang saja selanjutnya aku masih berjalan menuju rumahku.
Di dalam bus aku merenungi kejadian beberapa hari yang lalu sembari melihat jalan. Suara pengamen bernyanyi pun tak kuhiraukan, yang kupikirkan sekarang adalah kejadian yang awalnya membuatku menyesal tapi akhirnya aku sadar dengan keputusanku bahwa jawaban yang kulontarkan adalah yang terbaik untuk semuanya. Terutama untuk dirimu dan dirinya.
—
“Apa kau lelah menantiku sehingga sekarang kau berpaling dengan orang lain?” Aku menanyai diriku sendiri di dalam hati saat kau lewat di hadapanku.
Memang aku akui aku yang salah yang membuatmu terlalu lama menanti. Aku minta maaf, kau mengucapkan kata-kata itu di saat waktu yang tidak tepat. Di saat aku tengah bersama yang lain. Kuakui juga sudah lama aku memendam rasa ini namun tak kunjung kau balas. Tapi, di saat ada orang lain yang sudah mengisinya tiba-tiba kau hadir dalam hidupku dan mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut.
Kau mengatakan kepadaku bahwa kau sudah lama memendam perasaan kepadaku namun saat kau ingin mengungkapkannya di saat itu pula aku telah dimiliki orang lain. Kau juga mengatakan kepadaku bahwa semakin lama kau memendamnya justru semakin kau ingin mengeluarkannya. Kau bilang dengan mengatakan itu perasaanmu menjadi lebih baik, paling tidak aku tahu kalau kau menyukaiku.
Aku hanya diam, aku tak tahu harus bilang apa kepadamu karena sekarang ada orang yang telah mengisi relung hatiku. Haruskah aku menyakitinya demi dirimu? Aku masih diam seribu bahasa sampai-sampai tidak kusadari bahwa kau telah bersamanya. Aku mendengarnya dari seorang temanku.
“Iya, beneran si itu jadian sama temanmu.” kata seorang teman kepadaku.
Ya Tuhan! Apa kau sudah melupakanku. Baiklah memang seharusnya itu yang kau lakukan kau harus bersama orang lain untuk melupakanku yang sudah menjadi milik orang lain. Memang seharusnya kita tidak boleh bersama. Itu akan menyakiti banyak pihak. Jangan kita mengedepankan ego kita.
Saat aku tengah kesepian karena orang yang telah memiliki hatiku sedang sibuk dengan urusan organisasinya, kau hadir kembali menyapaku. Hatiku goyah, haruskah aku berpaling darinya demi dirimu? Haruskah aku meninggalkannya demi dirimu? Tapi, ada temanku yang sudah menjadi milikmu. Haruskah aku menjadi orang ketiga di antara dirimu dan dirinya? Kau mengatakan kata-kata yang sama seperti dahulu.
“Aku tahu kau juga memendam perasaan yang sama sepertiku tapi kenapa kau tetap bersama orang itu kalau sudah tak ada cinta di antara kalian berdua?” katamu.
“Aku menyukainya dengan sepenuh hatiku.” jawabku lewat lisan namun tidak dengan jawaban hatiku.
“Jangan bohong! Aku bisa melihatnya dari kedua bola matamu.” jawabmu.
“Skak mat!” batinku.
“Baiklah, kuakui aku menyukaimu bahkan sebelum aku bersama dengan orang itu tapi kau tahu kita sedang bersama orang lain.” jawabku dengan hati yang sedikit tersayat.
“Kalau begitu bagaimana kalau kita nikmati saja apa adanya selagi mereka tidak tahu.” katamu yang membuat mataku melotot.
“Apa maksudmu kita bermain di belakang pasangan kita masing-masing?” kataku setengah berteriak.
“Itu, kalau kau tidak keberatan. Aku sama sekali tidak menyukainya, aku hanya menganggapnya sebagai pelampiasan saja karena kau tak kunjung memutuskannya. Lagipula kekasihmu sedang sibuk dengan urusannya. Selagi kau masih memberikan perhatianmu kepadanya, aku yakin tidak akan ketahuan. Aku tidak keberatan kalau harus berbagi hati dengannya.” katamu.
Aku diam sesaat, aku bingung harus mengatakan apa. Di sisi lain aku masih mengharapkanmu tapi di sisi lain aku tak ingin menyakiti orang yang mencintaiku dengan tulus, yaitu temanku dan orang yang selama ini mengisi hatiku. Sambil menunggu jawabku, kau mengatakan kata-kata yang membuatku geram.
“Kalau kau mau, aku bisa memutuskan hubunganku dengan dia (temanku).” katamu santai.
Ya Tuhan! Tega sekali kau. Baiklah ini jawabku. “Tidak, aku tidak mau. Aku tidak ingin menyakiti hati orang-orang yang telah mencintaiku dengan tulus. Aku minta maaf.” kataku sembari menahan tangis.
“Kau yakin? Pikirkanlah baik-baik, karena setelah ini tidak ada kesempatan yang lain.” katamu sembari menatapku memohon agar aku menarik kembali kata-kataku sebelumnya.
Aku menggelengkan kepalaku dengan mantap meskipun hatiku berontak.
“Kau yakin? Kau akan menyesal nantinya.” katamu berusaha memohon agar aku berubah pikiran.
“Iya, memang aku akan menyesalinya.” kataku. Kulihat kau tersenyum penuh kemenangan.
“Tapi, aku akan lebih menyesal karena menyakiti orang-orang yang kusayangi yang juga menyayangiku. Pergilah, jangan kau sakiti hati temanku itu. Kalau kita berjodoh kita akan dipertemukan lagi. Sekarang, anggaplah kita sedang tidak ditakdirkan bersama. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga.” kataku lembut.
Kulihat kau terdiam dan menatapku dengan tatapan kosong. Aku membalas tatapanmu dalam-dalam. Sepertinya, kau mulai tak nyaman jika aku menatapmu seperti itu. Kau akhirnya pergi meninggalkanku yang sedang berusaha bersikap tegar menahan tangis. Aku telah melewatkanmu untuk kedua kalinya. Oh, akhirnya tangisku tumpah juga, aku menangis sejadi-jadinya. Tapi, dibalik tangisku ada persaan lega. Lega karena aku tak harus mengorbankan perasaan tulus mereka demi egoku.
Aku tersadar dari lamunanku, ternyata hampir sampai. Aku mencoba memberi tanda kepada kernet bus kalau aku akan turun di kiri jalan.
Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan badanku di atas kasurku. Hari ini aku lelah sekali sampai-sampai aku lupa mengganti baju seragamku. Aku melihat di layar handphoneku, ternyata ada pesan masuk.
Kubuka pesan tersebut, ternyata dari orang yang mengisi hatiku, orang yang masih setia menemaniku. Entah kenapa aku merasa sangat senang mendapat pesan darinya. Mungkinkah hatiku benar-benar seutuhnya untuknya? Aku harap iya. Dengan cepat kubalas pesannya karena aku tak mau ia menunggu lama balasanku.
Tak perlulah ada orang ketiga di antara orang pertama dan orang kedua. Biarlah orang ketiga hanya ada dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk menunjukkan peran seorang tokoh. Kalau di dalam sebuah hubungan, yang kuinginkan hanya ada Aku, Kamu dan Tanpa Ada Dia.
Pikiran iseng pun muncul dalam benakku, aku ingin menggodanya sudah lama aku tak membuatnya cemburu.
Menurutmu apakah mungkin ada orang ketiga di antara orang pertama dan orang kedua?
คนแรกฉัน คนที่สอง บุคคลที่สามเขา ucapmu ! "เมื่อเราพยายามที่จะตอบคำถามของงานสุดท้ายของภาษาอินโดนีเซีย"อักขระ 'ฉัน' บทบาทเป็นคนแรก คุณหมาย คำตอบคือ B ฮะ? "ผมตอบ"ยุบ" คุณพูด จาก นั้นเราข้ามสัญลักษณ์ B กันบนกระดาษคำถามบ่งชี้ว่า เราตอบคำตอบที่ มีคำตอบคนแรก"แต่ แทนบุคคลที่สองไม่ใช่หรือ ผมหมายถึง การแสดงตัวละครเป็นอะไร มีเพียง 2 ตัวถ้าไม่ได้คนแรกสามคนใช่ไม่ได้หรือไม่? "ผมพูด mengingatkanmu ลอง" Yaelah ทำอย่างจริงจังไม่ตอบสนอง ผมกำลังล้อเล่นเอที่เราเข้าใจมากขึ้น "อย่างที่คุณในขณะที่คุณยิ้มที่ฉัน รอยยิ้มฉันตอบไป คุณรู้บางครั้งคิดว่า นานแค่ไหนฉันจะไปดู tulusmu ที่ยิ้มจนกระทั่งเมื่อคุณกำลังจะเปลี่ยนแปลงรอยยิ้มด้วยเย็น stares กลับที่ผม ฉัน dunno ฉันไม่ต้องการคิดเกี่ยวกับมัน ต้องการเพลิดเพลินไปกับรอยยิ้มที่ยาวกว่านี้ Tulusmu รอยยิ้มที่ทำให้ฉันรู้สึกสบายอยู่ที่ sebelahmuระฆังรังตามปกติเวลากลับบ้าน ผมมองนาฬิกา และมือของฉันมีอยู่แล้วแสดงเวลา 14.00 น. เวลานานคิดว่า ฉันแล้วไม่รอไปบ้าน และวางลงบน kasurku อ่อนเบาะก็ อย่างไรก็ตาม จู่ ๆ คุณก็ menghadangku ในห้องโถงของโรงเรียน"อยากจะขออะไรคุณ? " คุณพูดที่ทำให้หน้าอกของฉันดูเหมือนจะหยุด มันอาจเป็น"ก็คุณบอกอะไรฉันบ้าง" ผมตอบ ด้วยเสียงสั่นเครือเล็กน้อย"ทำไมไม่หน้าเป็นคนกลัว ฉันจะไม่ quizzed ต่าง ๆ เพียงแค่อยากถาม ว่า คนแรกและคนที่สอง ต้องมีบุคคลที่สามหรือไม่? "tanyamu"ทำไมจู่ ๆ คุณกำลังตั้งคำถามเช่นนั้น" ผมตอบ"ไม่ ฉันหวังว่าไม่ แต่คุณคิดว่า ถ้า อาจมีบุคคลที่สาม? " tanyamu อีกครั้งในขณะที่เรากำลังเดินลงห้องโถงของโรงเรียนไปที่ประตูโรงเรียน"อย่า" ผมตอบไป และฉันต้องการคุณไม่ได้ให้ฉันคำถามที่มากขึ้นทำให้หัวใจหยุดเต้น โชคดี mobilmu ได้มารับ"ฉันกลับบ้านก่อนใช่ ระมัดระวังบนถนน" คุณกล่าวขณะโบกมือไปฉัน"ใช่" ผมตอบขณะตอบกลับโบกมือของคุณ และให้คุณหวานยิ้มให้ arahmuอย่างใด วันนี้ไม่ค่อยยาวเกินไปรอรถที่จะไปฉันบ้านบ้านของฉัน แต่เพียงแค่หน้าแก๊งหลักสูตรถัดไปที่ฉันเดินไปทางบ้านของฉันบนรถ ผมถูก musing ในเหตุการณ์ไม่กี่วันที่ผ่านมาขณะที่อยู่ เสียงของ troubadours ที่ร้องเพลงไม่ kuhiraukan ผมคิดตอนนี้เป็นเหตุการณ์ที่เริ่มทำให้ฉันริเกร็ตแต่สุดท้ายรู้ ด้วย keputusanku ที่ตอบ kulontarkan เป็นทุกอย่าง โดยเฉพาะอย่างยิ่งสำหรับคุณและเธอ—"สิ่งที่คุณกำลังเหนื่อย menantiku ตอนนี้คุณเปิดใช้งานกับผู้อื่นหรือไม่? " ผมสอบสวนตัวเองในใจเมื่อคุณจะช่วยฉันแน่นอนข้าพเจ้ายอมรับว่า ฉันผิดทำให้คุณรอนานเกินไป ขอ นะคำมันไม่เหมาะสมในเวลานั้น ในขณะที่ ฉันกลางพร้อมกับคนอื่น ๆ ข้าพเจ้าจะยอมรับว่า ผมยาว harbored ยังคิดว่า มัน แต่ไม่ได้คุณตอบ ได้ ในขณะที่มีคนแล้วกรอกมันจู่ๆ คุณอยู่ในชีวิตของฉัน และกล่าวว่า สิ่งที่ทำให้ฉันประหลาดใจคุณกำลังบอกฉันว่า คุณยาวได้ harbored ความรู้สึกกับฉัน แต่เมื่อคุณต้องการแสดงในเวลาฉันมีเจ้าของคนอื่น คุณยังบอกว่า อีกต่อไปคุณ memendamnya ดังนั้นยิ่งคุณต้องการเอาออก คุณบอกฉันจะบอกว่า คุณรู้สึกดีขึ้น ที่ ฉันรู้ว่าถ้าคุณชอบฉันฉันเพียงแค่เงียบ ๆ ฉัน dunno อะไรต้องพูดกับคุณ เพราะตอนนี้มีคนกรอก recesses ของหัวใจ ฉันควรทำร้ายเขาเพื่อตัวคุณเอง ฉันยังคงพันเงียบภาษาที่ผิดพลาดไม่ตระหนักถึงการที่คุณมีกับเขา ได้ยินจากเพื่อนของฉัน"ใช่ มันจริง ๆ คือ jadian เดียวมันเพื่อนของคุณ" เพื่อนว่า ฉันพระเจ้า สิ่งที่คุณได้รับ melupakanku ดีจริงควรจะทำคุณมีให้กับคนอื่น ๆ สำหรับ melupakanku ซึ่งเป็นของคนอื่นแล้ว จริง ๆ เราไม่ควรเข้าด้วยกัน มันจะเจ็บหลายฝ่าย ไม่เราใส่ข้างหน้าอาตมาของเราเมื่อฉันโดดเดี่ยวกลางเนื่องจากยุ่งอยู่กับกิจการขององค์กรที่ผู้มีหัวใจของฉัน คุณกำลังร่วมอีกฉันนั้น หัวใจคือเสียงสั่น ควรเปิดให้กับพระองค์เพื่อตัวคุณเอง ควรจะปล่อยให้มันเพื่อตัวคุณเอง แต่ มีเพื่อนที่เป็นคุณ ที่หนึ่งในสามระหว่างตัวเองและเขาควรหรือไม่ คุณกำลังพูดคำเดียวกันเป็นก่อน"ฉันรู้ว่า คุณกำลัง harbored ความรู้สึกเดียวกันเหมือนฉัน แต่ทำไมไม่ได้คุณติดกับบุคคลที่เมื่อมีความไม่รักระหว่างคุณสอง? " คุณพูด"ฉันรักมัน มีทั้งหมดของฉันหัวใจ" ผมตอบ ผ่านช่องปาก แต่ไม่ มีคำตอบของหัวใจ"ไม่นอน ฉันสามารถดูได้จากลูกทั้งสองของคุณตา "กับคุณ"พรมเมท" และภายนอก"ดี ข้าพเจ้าจะยอมรับฉัน menyukaimu ก่อนฉันกับคนแม้ แต่คุณรู้ว่า เราถูกกับคนอื่น" ผมตอบกับคอเล็กน้อยตัด"แล้ววิธีการเกี่ยวกับเราเพียงแค่สนุกกับมันมันเป็นตราบเท่าที่พวกเขาไม่รู้ว่า" คุณพูดที่ทำให้ตาปูดกล่าวครึ่งตะโกน "ไม่คุณหมายถึง อะไรเราเล่นหลังคู่สมรสของเราเกี่ยวข้อง""ก็ได้ ถ้าคุณไม่ทราบ ไม่ชอบเลย ฉันเพียงแค่คิดว่า มันเป็น impingement เพียง เพราะคุณไม่เคยตัดสาย นอกจากนี้คุณไม่ว่างกับธุรกิจของเขา ตราบใดที่คุณกำลังยังคงให้เขา perhatianmu ฉันแน่ใจว่าจะไม่พบออก ฉันจะไม่คิดถ้ามันได้ร่วมใจกับ her. "คุณพูดAku diam sesaat, aku bingung harus mengatakan apa. Di sisi lain aku masih mengharapkanmu tapi di sisi lain aku tak ingin menyakiti orang yang mencintaiku dengan tulus, yaitu temanku dan orang yang selama ini mengisi hatiku. Sambil menunggu jawabku, kau mengatakan kata-kata yang membuatku geram.“Kalau kau mau, aku bisa memutuskan hubunganku dengan dia (temanku).” katamu santai.Ya Tuhan! Tega sekali kau. Baiklah ini jawabku. “Tidak, aku tidak mau. Aku tidak ingin menyakiti hati orang-orang yang telah mencintaiku dengan tulus. Aku minta maaf.” kataku sembari menahan tangis.“Kau yakin? Pikirkanlah baik-baik, karena setelah ini tidak ada kesempatan yang lain.” katamu sembari menatapku memohon agar aku menarik kembali kata-kataku sebelumnya.Aku menggelengkan kepalaku dengan mantap meskipun hatiku berontak.“Kau yakin? Kau akan menyesal nantinya.” katamu berusaha memohon agar aku berubah pikiran.“Iya, memang aku akan menyesalinya.” kataku. Kulihat kau tersenyum penuh kemenangan.“Tapi, aku akan lebih menyesal karena menyakiti orang-orang yang kusayangi yang juga menyayangiku. Pergilah, jangan kau sakiti hati temanku itu. Kalau kita berjodoh kita akan dipertemukan lagi. Sekarang, anggaplah kita sedang tidak ditakdirkan bersama. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga.” kataku lembut.Kulihat kau terdiam dan menatapku dengan tatapan kosong. Aku membalas tatapanmu dalam-dalam. Sepertinya, kau mulai tak nyaman jika aku menatapmu seperti itu. Kau akhirnya pergi meninggalkanku yang sedang berusaha bersikap tegar menahan tangis. Aku telah melewatkanmu untuk kedua kalinya. Oh, akhirnya tangisku tumpah juga, aku menangis sejadi-jadinya. Tapi, dibalik tangisku ada persaan lega. Lega karena aku tak harus mengorbankan perasaan tulus mereka demi egoku.Aku tersadar dari lamunanku, ternyata hampir sampai. Aku mencoba memberi tanda kepada kernet bus kalau aku akan turun di kiri jalan.Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan badanku di atas kasurku. Hari ini aku lelah sekali sampai-sampai aku lupa mengganti baju seragamku. Aku melihat di layar handphoneku, ternyata ada pesan masuk.Kubuka pesan tersebut, ternyata dari orang yang mengisi hatiku, orang yang masih setia menemaniku. Entah kenapa aku merasa sangat senang mendapat pesan darinya. Mungkinkah hatiku benar-benar seutuhnya untuknya? Aku harap iya. Dengan cepat kubalas pesannya karena aku tak mau ia menunggu lama balasanku.Tak perlulah ada orang ketiga di antara orang pertama dan orang kedua. Biarlah orang ketiga hanya ada dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk menunjukkan peran seorang tokoh. Kalau di dalam sebuah hubungan, yang kuinginkan hanya ada Aku, Kamu dan Tanpa Ada Dia.Pikiran iseng pun muncul dalam benakku, aku ingin menggodanya sudah lama aku tak membuatnya cemburu.Menurutmu apakah mungkin ada orang ketiga di antara orang pertama dan orang kedua?
การแปล กรุณารอสักครู่..