Dok / news.viva.co.id
Ilustrasi.
KUPANG – Sebuah jembatan di wilayah perbatasan yang menghubungkan Indonesia dan Timor Leste (TL), roboh diterjang banjir dan longsor, akibat hujan deras melanda daerah itu beberapa waktu silam. Jembatan tersebut menghubungkan Pos Perlintasan Motamasin di Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), dengan Distrik Kovalima, Timor Leste.
Anggota DPRD NTT, Jefry Un Banunaek, menjelaskan ujung jembatan roboh karena longsor di sekitar jembatan akibat banjir deras. Banjir pula yang membuat badan jembatan mulai retak sejak dua tahun terakhir. Karena belum direnovasi, pada musim hujan tahun ini, kerusakan jembatan bertambah parah.
Jembatan dengan panjang sekitar 30 meter roboh di bagian ujung. Sebagian besar badan jembatan jatuh ke sungai. “Arus transportasi macet, yang bisa melintas hanya pejalan kaki,” kata Jefry kepada SH, Senin (19/1) pagi.
Jefri yang baru saja kembali berkunjung dari wilayah itu mengatakan, karena tidak mendapat perhatian pemerintah, jembatan itu akhirnya roboh. Akibatnya, kendaraan dari Indonesia dan Timor Leste atau sebaliknya tidak bisa melintas. Hanya warga yang dapat melewati bagian jembatan yang belum ambruk.
Sebelum roboh, sekitar 10-15 kendaraan roda empat melewati jembatan itu setiap hari dari Timor Leste serta dari Nusa Tenggara Timur. Ia menambahkan, musibah longsor turut memperparah jembatan.
Longsor juga berpotensi mengakibatkan bergesernya batas negara. Pasalnya, batas negara di wilayah itu ditentukan bagian terdalam dari aliran sungai. “Jika aliran sungai bergeser ke wilayah Indonesia akibat longsor, batas negara turut bergeser,” ujar Jefry.
Policarpus, warga setempat membenarkan robohnya jembatan yang memperlancar arus transportasi antara masyarakat Kabupaten Belu, NTT, dan Timor Leste itu. Jika jembatan itu tidak roboh, dalam sehari saja 10-20 unit kendaraan roda empat, baik bus maupun truk, melewati lokasi tersebut. “Benar jembatan itu roboh sekitar satu minggu lalu, akibat banjir yang melanda daerah itu,” ucap Policarpus.
Ia mengisahkan, jembatan itu sudah cukup lama dibangun pemerintah Indonesia. Namun, karena termakan usia, jembatan itu mulai retak dan akhirnya roboh pada awal 2015. Jembatan selebar sekitar 5 meter itu tidak semuanya ambruk dan roboh. Hanya ujung jembatan sekitar 5 meter yang roboh. “Tapi, sulit dilewati kendaraan baik dari Indonesia maupun Timor Leste,” tuturnya.
Sumber : Sinar Harapan